Waktu terbaik untuk belajar sering kali mjadi pertanyaan banyak orang tua. Nah, terutama saat mendampingi anak di rumah. Topik ini tampak sederhana, tetapi dampaknya besar pada kualitas belajar anak. Ritme tubuh, suasana sekitar, dan kondisi mental sangat berpengaruh pada hasil belajar. Oleh karena itu, memahami waktu-waktu yang cocok untuk belajar juga soal kesiapan diri.
Kebiasaan belajar setiap anak berbeda. Ada anak yang lebih fokus di pagi hari. Ada pula yang justru lebih produktif ketika suasana tenang di malam hari. Perbedaan ini wajar terjadi karena ritme harian setiap individu tidak sama. Namun, ada pola umum yang dapat menjadi panduan awal. Pola ini diperkuat oleh berbagai riset tentang produktivitas dan fungsi otak. Inilah mengapa menentukan waktu belajar bukan hal yang bisa asal pilih.
Banyak orang tua sering bingung mencari waktu terbaik untuk mengajak anak belajar. Situasi rumah, aktivitas sekolah, dan jadwal tidur menjadi bagian dari tantangan itu. Tetapi, dengan memahami beberapa waktu yang secara umum dianggap efektif, proses belajar bisa lebih terstruktur. Anak pun lebih mudah menyerap informasi baru. Melalui pembahasan berikut, Sobat Mada akan menemukan lima waktu terbaik yang bisa dimanfaatkan.
Mengapa Waktu Belajar Sangat Penting?
Menentukan waktu belajar bukan sekadar mengatur jam. Hal ini menyangkut kesiapan otak untuk menerima informasi. Ketika belajar dilakukan pada waktu yang tepat, daya fokus meningkat. Informasi lebih mudah masuk dan tersimpan dalam memori jangka panjang.
Selain itu, waktu yang pas juga membantu anak lebih rileks. Belajar tidak terasa berat. Bahkan, bisa jadi menyenangkan. Anak cenderung lebih termotivasi untuk membuka buku jika suasana dan momennya mendukung.
Sobat Mada sebagai orang tua memiliki peran penting dalam hal ini. Pemahaman soal waktu bisa meningkatkan kualitas proses belajar di rumah. Dengan kata lain, menemukan waktu yang cocok berarti membuka peluang untuk hasil belajar yang lebih optimal.
Baca juga: 10+ Cara Mengatur Waktu Belajar Efektif buat Anak SD
5 Waktu Terbaik untuk Belajar
Penting bagi Sobat Mada untuk mengenali waktu-waktu yang dapat mendukung perkembangan belajar anak secara lebih alami. Pemahaman ini membantu anak belajar dengan ritme yang lebih nyaman dan konsisten. Berikuy waktu terbaik untuk belajar.
1. Pagi Hari (Sekitar Jam 07.00–09.00)
Pagi hari sering dianggap sebagai waktu belajar paling ideal. Otak berada pada kondisi segar setelah tidur malam. Energi mental masih penuh. Konsentrasi lebih mudah terbentuk. Anak pun lebih cepat memahami materi baru.
Suasana pagi juga biasanya lebih tenang. Aktivitas rumah belum ramai. Udara lebih segar, memungkinkan anak berpikir jernih. Bahkan sinar matahari pagi dapat membantu mood tetap stabil. Ini membuat anak lebih siap untuk memulai kegiatan belajar.
Belajar pada pagi hari cocok untuk materi yang sulit. Misalnya matematika, sains, atau pelajaran yang butuh analisis. Informasi yang dipelajari pada waktu ini cenderung lebih mudah diingat. Rutinitas belajar pagi bisa menjadi kebiasaan yang baik untuk jangka panjang.
2. Setelah Sarapan
Belajar setelah sarapan adalah waktu yang sering direkomendasikan. Nutrisi yang masuk ke tubuh membantu otak bekerja lebih cepat. Anak lebih fokus. Energi tubuh stabil. Tidak ada rasa lapar yang mengganggu.
Sarapan sehat seperti roti, telur, oatmeal, atau buah sangat mendukung fungsi kognitif. Nutrisi itu menstabilkan gula darah yang dibutuhkan otak. Ketika kebutuhan energi terpenuhi, proses belajar jadi lebih nyaman.
Sobat Mada bisa menerapkan sesi belajar sekitar 30 menit setelah sarapan. Waktu ini bagus untuk memulai tugas atau membaca materi penting. Ritme tubuh sedang berada dalam fase pemulihan energi. Ini membuat daya serap meningkat.
3. Siang Hari Setelah Istirahat (Jam 13.00–15.00)
Siang hari setelah istirahat atau tidur siang bisa menjadi waktu belajar yang cukup produktif. Kondisi tubuh yang sudah kembali segar membuat anak lebih siap menerima materi baru. Rasa kantuk berkurang, dan fokus mulai terkumpul kembali.
Waktu ini cocok untuk aktivitas belajar ringan. Misalnya mengulang pelajaran atau membuat catatan. Anak bisa belajar dengan kecepatan stabil tanpa tekanan. Energi mental berada pada level cukup untuk menghadapi tugas-tugas sedang.
Namun, penting untuk memperhatikan durasi belajar. Anak biasanya tidak tahan belajar lama pada waktu ini. Cukup 30–60 menit saja. Setelah itu, beri jeda agar tidak cepat lelah.
4. Sore Hari (Jam 16.00–18.00)
Sore hari adalah waktu yang menarik untuk belajar. Pikiran anak lebih santai setelah beraktivitas sepanjang hari. Suasana rumah cenderung lebih tenang menjelang malam. Ini membantu anak mempertahankan fokus.
Belajar pada sore hari cocok untuk latihan soal. Misalnya bahasa Inggris, matematika, atau pelajaran yang butuh pengulangan. Sore hari adalah momen pas untuk memperkuat hafalan. Ritme tubuh masih aktif, tetapi tidak terlalu tegang.
Waktu ini juga sering menjadi sesi nyaman bagi anak introvert. Mereka biasanya fokus lebih baik ketika suasana sunyi. Hasil belajar sore cenderung lebih konsisten dan stabil.
5. Malam Hari Sebelum Tidur (Jam 19.00–21.00)
Malam sebelum tidur dapat menjadi waktu belajar yang efektif. Otak cenderung lebih tenang. Tidak banyak gangguan. Fokus bisa terkumpul dengan baik.
Momen ini cocok untuk membaca atau mengulang materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Informasi yang dipelajari menjelang tidur dapat tersimpan lebih kuat, karena proses konsolidasi memori terjadi saat tidur. Ini membantu penguatan hafalan.
Namun, hindari belajar terlalu berat. Jangan mengerjakan soal sulit. Anak bisa stres atau malah tidur larut. Pilih materi yang ringan saja. Biarkan otak menyerap tanpa tekanan.
Baca juga: 12+ Cara Mengatasi Malas Belajar pada Siswa di Sekolah
Faktor yang Mempengaruhi Waktu Belajar
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Ritme belajarnya pun tidak bisa diseragamkan. Ada banyak aspek yang memengaruhi kemampuan anak dalam menyerap materi. Faktor-faktor ini bekerja saling berkaitan dan membentuk kualitas fokus anak.
1. Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang bugar memberi dampak besar pada kualitas belajar anak. Tubuh yang segar membuat otak bekerja lebih stabil dan responsif. Di sisi lain, anak yang kurang tidur atau kelelahan cenderung sulit berkonsentrasi, meski materinya ringan.
Asupan nutrisi yang cukup juga membantu menjaga daya fokus dan energi otak. Transisi ini menunjukkan bahwa pola makan, tidur, dan aktivitas harian memegang peran penting dalam keberhasilan belajar.
2. Mood dan Emosi
Mood dan emosi berpengaruh kuat terhadap kemampuan anak dalam memproses informasi. Ketika anak sedang cemas, gelisah, atau tertekan, fokusnya mudah terpecah. Emosi yang tidak stabil membuat proses belajar terasa berat dan tidak menyenangkan.
Untuk membantu, Sobat Mada dapat menciptakan suasana tenang sebelum belajar, misalnya dengan musik lembut atau teknik pernapasan santai. Pendekatan sederhana ini dapat menurunkan ketegangan dan membuka ruang bagi anak untuk lebih siap menerima materi.
3. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang nyaman memberi efek langsung pada kualitas fokus anak. Ruangan yang rapi, terang, dan minim gangguan membuat anak lebih mudah menyerap informasi. Suasana yang tidak teratur dapat mengacaukan konsentrasi dan membuat anak cepat bosan. Meja dan kursi yang nyaman membantu tubuh tetap dalam posisi ideal untuk belajar.
4. Kebiasaan Harian
Kebiasaan harian adalah elemen penting yang membentuk pola belajar jangka panjang. Ketika anak terbiasa belajar di jam yang sama, otak akan membangun ritme otomatis untuk fokus pada waktu tersebut. Konsistensi kecil yang dilakukan setiap hari jauh lebih efektif dibanding belajar secara acak dan tidak teratur. Rutinitas ini membantu anak tetap stabil walau sedang menghadapi materi sulit.
5. Jenis Materi yang Dipelajari
Jenis materi yang dipelajari ikut menentukan kapan waktu yang paling cocok untuk belajar. Materi sulit seperti matematika atau sains lebih efektif dikerjakan saat otak masih segar, terutama di pagi hari. Sebaliknya, materi ringan seperti membaca atau mengulang catatan lebih cocok dilakukan pada sore atau malam. Menyesuaikan jenis materi dengan kondisi mental anak menghindarkan kejenuhan dan stres.
Pegiat dunia pendidikan. Suka menulis artikel-artikel seputar pendidikan dan novel. Kini, ia sebagai kepala tim marketing Bimbel Presmada.








