Penyebab Anak Temperamental: Ciri-Ciri, Jenis & Cara Mengatasi

Penyebab Anak Temperamental

Beberapa anak cenderung lebih mudah marah, sulit dikendalikan, atau cepat tersinggung dibandingkan teman sebayanya. Untuk memahami kondisi ini, penting bagi orang tua mengenali berbagai penyebab anak temperamental, mulai dari faktor emosional, lingkungan, hingga perkembangan otak yang memengaruhi cara anak merespons situasi sehari-hari.

Pada dasarnya, sikap temperamental bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti pola asuh, pengalaman masa kecil, hingga kondisi kesehatan tertentu. Dengan memahami akar permasalahannya, orang tua dapat mencari pendekatan yang tepat untuk mendampingi anak agar lebih mampu mengelola emosinya.

Untuk mengetahui penyebab, ciri-ciri, jenis temperamen, serta cara menghadapinya secara lebih lengkap, simak artikel ini hingga akhir agar Bunda dapat memberikan pendampingan terbaik bagi perkembangan emosi si kecil.

Apa Saja Faktor Penyebab Anak Temperamental?

Menurut Mackenzie DeJong, seorang spesialis ilmu humaniora dari Iowa State University Extension and Outreach, temperamen merupakan sifat dasar yang sudah kita miliki sejak lahir—bahkan kadang sudah terlihat sejak dalam kandungan pada bayi yang aktif. Ia menjelaskan bahwa intensitas temperamen seorang anak bisa dikenali dari bagaimana mereka menangis atau bereaksi di ruang bayi.

DeJong juga menyampaikan bahwa temperamen muncul sebelum kepribadian, lingkungan, maupun pengalaman hidup membentuk diri seseorang. Temperamen bersifat seperti “titik tetap” genetik yang menjadi dasar pola reaksi dan gaya respons seseorang seumur hidup.

Healthy Children menyebutkan terdapat sembilan faktor utama yang berkontribusi dalam membentuk temperamen anak. Berikut penjelasannya:

  • Tingkat aktivitas: menggambarkan seberapa aktif anak bergerak, gelisah, atau menunjukkan energi fisik dalam kesehariannya, termasuk pengaruhnya terhadap pola tidur.
  • Keteraturan atau ritmisitas: berkaitan dengan ada atau tidaknya pola teratur dalam fungsi dasar tubuh seperti rasa lapar, waktu tidur, maupun kebiasaan buang air.
  • Pendekatan atau penarikan: bagaimana anak merespons hal baru—apakah cepat dan penuh keberanian, atau justru lambat dan ragu-ragu, baik terhadap orang, tempat, situasi, makanan, maupun perubahan rutinitas.
  • Kemampuan beradaptasi: mencerminkan seberapa mudah anak menyesuaikan diri dengan situasi baru serta kemampuan mereka mengubah respons sesuai kebutuhan.
  • Intensitas: tingkat energi emosional yang muncul saat anak bereaksi terhadap suatu keadaan, baik dalam ekspresi positif maupun negatif.
  • Suasana hati: kecenderungan anak menunjukkan perilaku dan kata-kata yang positif atau justru negatif.
  • Rentang perhatian: kemampuan anak mempertahankan fokus pada satu tugas, terlepas dari ada atau tidaknya gangguan.
  • Keteralihan: menunjukkan seberapa cepat perhatian anak berpindah saat terpapar rangsangan dari lingkungan sekitarnya, seperti suara atau hal yang mereka lihat.
  • Ambang sensorik: jumlah stimulasi yang dibutuhkan untuk memunculkan respons. Ada anak yang bereaksi terhadap rangsangan kecil, sementara lainnya membutuhkan stimulasi yang lebih kuat.

Baca Juga: Cara Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini yang Efektif

Apa Saja Jenis Temperamen?

Sejak lama, Hipokrates membagi kepribadian manusia menjadi empat tipe dasar. Seorang anak bisa saja menunjukkan ciri-ciri dari lebih dari satu kategori. Berikut empat tipe temperamen menurut Hipokrates:

1. Sanguinis

Anak dengan temperamen sanguinis biasanya:

  • Berbicara dengan cara yang menyenangkan dan ekspresif.
  • Mudah menunjukkan emosi mereka secara terbuka.
  • Menjadi pusat perhatian karena sifatnya yang ceria dan “ramai”.
  • Memiliki karisma yang membuat orang lain mudah mengikuti keinginannya.
  • Memiliki kebutuhan dasar berupa perhatian, penerimaan, kasih sayang, dan persetujuan.

2. Melankolis

Ciri anak melankolis antara lain:

  • Menggunakan bahasa yang teratur, logis, dan cenderung perfeksionis.
  • Berpikir mendalam, serius, reflektif, dan berorientasi pada tujuan. Banyak orang menyebut mereka seperti “jiwa tua”.
  • Hati-hati dalam membuat keputusan dan ingin menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
  • Cenderung kreatif atau artistik, namun lebih nyaman bekerja sendiri.
  • Membutuhkan keamanan, dukungan, ruang berpikir, kepekaan, dan ketenangan.

3. Plegmatis

Anak dengan temperamen plegmatis biasanya:

  • Berbicara dengan tenang dan lebih menyukai suasana harmonis.
  • Bersifat baik, penuh perhatian, santai, dan reflektif.
  • Memiliki tipe kepemimpinan yang stabil dan penuh kesetiaan.
  • Ramah dan mudah berteman, tetapi juga nyaman menghabiskan waktu sendiri.
  • Membutuhkan rasa berharga, ketenangan, keharmonisan, dan lingkungan bebas stres.

4. Koleris

Anak koleris memiliki karakteristik:

  • Menggunakan bahasa yang tegas, penuh kuasa, dan kontrol.
  • Menjadi pemimpin yang energik, berorientasi pada tugas, dan mahir mendelegasikan.
  • Nyaman memimpin, namun mau mengikuti pemimpin lain yang kuat. Mereka mandiri, bertanggung jawab, dan selalu punya tujuan jelas.
  • Membutuhkan loyalitas, apresiasi, rasa kendali, serta penghargaan atas usaha mereka.

Ciri-Ciri Anak Temperamental

Setiap anak memiliki temperamen yang berbeda, namun ada sebagian anak yang menunjukkan temperamen yang cenderung lebih sulit. Anak dengan temperamen seperti ini biasanya mudah marah, sulit menerima perubahan, serta menunjukkan reaksi yang kuat atau cenderung murung. Meski begitu, masyarakat kadang menyebutnya dengan istilah berbeda-beda.

Istilah “temperamen sulit” sendiri tidak memiliki definisi resmi. Banyak orang memilih menyebutnya sebagai “temperamen menantang” sebagai cara yang lebih positif untuk menggambarkan karakter anak.

Pada bayi, temperamen menantang dapat terlihat dari mudah rewel, sulit ditenangkan, hingga kesulitan tidur. Sementara pada anak yang lebih besar, cirinya bisa tampak melalui konflik yang sering muncul di sekolah atau saat bermain, serta kesulitan beradaptasi ketika rutinitas berubah.

Pola Asuh untuk Anak Temperamental

Mengasuh anak dengan temperamen yang kuat membutuhkan pendekatan yang lebih sabar, konsisten, dan penuh pengertian. Pola asuh yang tepat dapat membantu anak belajar mengatur emosinya dan berkembang menjadi pribadi yang lebih stabil dan percaya diri. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:

1. Tetap Tenang dan Konsisten

Anak temperamental sangat peka terhadap reaksi orang tua. Jika orang tua terpancing emosi, anak cenderung semakin tidak terkendali. Pertahankan ketenangan, gunakan suara yang lembut, dan berikan respon yang konsisten, terutama saat menetapkan batasan.

2. Menciptakan Rutinitas yang Teratur

Anak dengan temperamen kuat biasanya kesulitan menghadapi perubahan mendadak. Buat jadwal harian yang stabil, seperti jadwal makan, bermain, dan tidur. Rutinitas membantu mereka merasa aman dan lebih mudah mengatur emosi.

3. Beri Pilihan, Bukan Perintah

Alih-alih mengatakan “Kamu harus…”, berikan pilihan seperti “Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?”. Pilihan memberi rasa kontrol sehingga anak tidak mudah meledak.

4. Ajarkan Cara Mengelola Emosi

Ajak anak mengenali dan menyebutkan emosinya, misalnya marah, takut, atau kecewa. Berikan latihan sederhana, seperti menarik napas dalam, menghitung sampai lima, atau mencari tempat tenang saat emosi memuncak.

5. Puji Perilaku Positif

Berikan apresiasi saat anak berhasil mengendalikan diri atau mengikuti aturan. Hal ini memperkuat perilaku positif dan membantu anak merasa dihargai.

6. Hindari Label Negatif

Jangan menyebut anak “nakal”, “keras kepala”, atau “manja”. Label buruk justru membuat mereka merasa salah dan semakin sulit mengatur perilaku.

7. Bangun Komunikasi Empatik

Dengarkan anak dengan sungguh-sungguh ketika mereka berbicara. Tunjukkan empati dengan kalimat seperti, “Ibu tahu kamu sedang marah, yuk kita cari cara supaya kamu merasa lebih baik.”

Baca Juga: 9 Jenis Kecerdasan Anak yang Perlu Bunda Pahami, Yuk Simak

Cara Mengatasi Sifat Temperamental

Menghadapi sifat temperamental bukanlah hal yang mudah. Individu dengan karakter ini perlu memahami diri mereka sendiri agar bisa menemukan strategi yang tepat untuk mengelola reaksi emosional yang kuat. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Membangun Kesadaran Diri

Langkah pertama yang paling penting adalah menyadari bahwa diri sendiri memiliki kecenderungan temperamental. Dengan memahami karakter dan pola reaksi yang muncul, seseorang dapat belajar mengatur respons terhadap berbagai situasi. Termasuk membedakan antara kemarahan yang wajar dan yang sudah tidak sehat.

2. Belajar Mengelola Emosi

Bagi individu yang mudah tersulut atau menunjukkan emosi intens, penting untuk mempelajari teknik pengendalian emosi. Ini bisa dilakukan melalui latihan relaksasi, meditasi, atau berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan panduan profesional.

3. Mengasah Keterampilan Komunikasi

Kemampuan berkomunikasi yang baik dapat membantu mengurangi konflik. Belajar menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat serta memahami kebutuhan orang lain dapat memperbaiki interaksi sosial dan hubungan interpersonal.

4. Mencari Dukungan dari Orang Terdekat

Jika kesulitan mengontrol temperamen, jangan ragu meminta bantuan keluarga, teman, atau tenaga profesional. Diskusi dengan orang yang memahami atau terlatih dapat memberikan sudut pandang baru serta strategi yang efektif untuk menghadapi sifat tersebut.

5. Menyesuaikan Lingkungan

Jika memungkinkan, lakukan perubahan lingkungan agar lebih sesuai dengan kebutuhan emosional. Misalnya, bagi seseorang yang cenderung introvert atau mudah kewalahan, memilih pekerjaan atau aktivitas yang menawarkan suasana tenang dapat membantu menjaga kestabilan emosinya.

Sebagai penutup, memahami penyebab anak temperamental, jenis, hingga cara menghadapi sifat temperamental pada anak sangat penting agar Sobat Mada dapat memberikan pendampingan yang tepat dan penuh empati. Setiap anak memiliki karakter unik, dan dengan pola asuh yang sesuai, mereka dapat tumbuh lebih stabil secara emosional. Jika Sobat Mada merasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk share artikel ini agar lebih banyak orang tua dapat memperoleh wawasan yang membantu tentang penyebab anak temperamental.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top