Anak Suka Mencuri – Pernahkah Bunda mendapati si kecil mengambil uang di dompet tanpa izin, atau membawa pulang mainan teman tanpa sepengetahuan pemiliknya? Reaksi pertama biasanya kaget, panik, bahkan marah. Tapi sebelum terburu-buru memarahi, penting untuk memahami bahwa tindakan mencuri pada anak tidak selalu berarti ia jahat. Ada alasan psikologis di balik perilaku tersebut yang sering kali tidak disadari orang tua.
Anak-anak pada dasarnya belum memahami sepenuhnya konsep “milik orang lain”. Dalam fase tumbuh kembangnya, mereka sedang belajar tentang batasan sosial dan tanggung jawab. Jadi, ketika seorang anak mengambil barang tanpa izin, hal itu bisa jadi bukan karena niat jahat, tetapi karena rasa ingin memiliki yang belum bisa dikendalikan.
Namun, jika kebiasaan ini terus berulang, Bunda perlu waspada. Ada kemungkinan anak sedang mengalami tekanan emosional, mencari perhatian, atau meniru perilaku tertentu. Agar lebih jelas, mari kita bahas penyebab anak suka mencuri menurut psikologi serta cara mengatasinya dengan tepat dan lembut.
Baca juga: 14+ Cara Menentukan Cita-Cita yang Tepat buat Anak
Apa Penyebab Anak Suka Mencuri?
Dalam psikologi anak, perilaku mencuri bisa muncul dari berbagai faktor — mulai dari perkembangan kognitif yang belum matang hingga pengaruh lingkungan. Berikut beberapa penyebab yang sering ditemukan:
1. Belum Memahami Konsep Kepemilikan
Pada usia dini, anak belum memahami batas antara “milik sendiri” dan “milik orang lain”. Mereka berpikir semua benda di sekitar bisa dimiliki bebas. Misalnya, anak membawa pulang mainan dari sekolah karena mengira tidak masalah. Ini hal umum di masa tumbuh kembang awal.
2. Rasa Ingin Memiliki yang Tinggi
Anak sering kali sulit menahan keinginan. Saat melihat sesuatu yang menarik, mereka terdorong untuk memilikinya, bahkan dengan cara salah. Dorongan spontan ini muncul karena kemampuan mengontrol diri belum terbentuk sempurna.
3. Kurangnya Perhatian dari Orang Tua
Anak yang merasa kurang diperhatikan bisa mencari cara agar dilihat oleh orang tuanya, termasuk dengan “berulah”. Mereka berpikir bahwa dengan mencuri, orang tua akan memperhatikannya. Ini yang disebut sebagai “negative attention seeking”.
4. Meniru Perilaku Orang Dewasa
Anak adalah peniru terbaik. Jika mereka sering melihat orang dewasa mengambil barang tanpa izin — bahkan hal kecil seperti pulpen kantor anak bisa menganggapnya wajar. Keteladanan orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak.
5. Tekanan Emosional dan Lingkungan Sosial
Beberapa anak mencuri karena rasa minder, iri, atau stres. Misalnya, anak merasa malu karena tidak punya mainan sebagus teman-temannya, lalu mencoba menyamakan diri dengan mengambil milik orang lain. Ini bentuk pelarian emosi yang perlu dipahami, bukan langsung dihukum.
Bagaimana Cara Menghukum Anak yang Suka Mencuri?
Menghukum anak yang suka mencuri tidak boleh dilakukan dengan kekerasan atau teriakan. Hukuman yang keliru justru bisa membuat anak trauma, tertutup, bahkan berbohong di kemudian hari. Berikut cara menghukum anak secara bijak namun tetap mendidik:
1. Tenangkan Diri dan Hindari Amarah
Langkah pertama: jangan marah dulu. Reaksi keras hanya membuat anak takut, bukan sadar. Sebaiknya, ajak anak bicara dengan nada tenang dan penuh kasih. Tanyakan alasan ia melakukannya dan dengarkan tanpa menghakimi.
2. Ajak Anak Mengembalikan Barang yang Diambil
Ini bagian penting dari “hukuman logis”. Minta anak mengembalikan barang yang diambil dan meminta maaf kepada pemiliknya. Proses ini mengajarkan rasa tanggung jawab dan konsekuensi nyata dari perbuatannya.
3. Berikan Hukuman Edukatif
Daripada menghukum dengan fisik, berikan hukuman yang mendidik. Misalnya, anak harus membantu pekerjaan rumah, menyisihkan uang sakunya untuk mengganti barang yang diambil, atau menulis surat permintaan maaf.
4. Jelaskan Arti Kejujuran dan Tanggung Jawab
Gunakan momen ini sebagai waktu belajar. Katakan bahwa setiap orang punya hak atas barangnya, dan mengambil tanpa izin itu salah. Beri pemahaman dengan contoh sederhana agar anak bisa mencerna dengan mudah.
5. Hargai Setiap Usaha Anak untuk Jujur
Saat anak mulai mau mengaku atau meminta maaf, apresiasi langkah itu. Ucapan seperti “Ibu bangga kamu mau jujur” bisa memperkuat nilai kejujuran di hati anak. Puji perilaku baik, bukan fokus pada kesalahannya.
Baca juga: 8 Jenis Kecerdasan Majemuk Anak dan Cara Mengembangkannya
Cara Mengatasi Anak yang Suka Mencuri
1. Bangun Komunikasi dan Kepercayaan
Ciptakan suasana rumah yang terbuka. Anak harus merasa aman untuk bercerita tanpa takut dimarahi. Dengan begitu, ia tidak perlu berbohong atau menyembunyikan kesalahan.
2. Berikan Kasih Sayang Lebih
Perilaku mencuri sering muncul karena anak merasa kurang diperhatikan. Beri waktu khusus untuk bermain, bercerita, atau sekadar memeluknya. Kasih sayang yang cukup akan memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua.
3. Jadilah Teladan Kejujuran
Orang tua adalah contoh utama. Perlihatkan sikap jujur dalam hal kecil — seperti tidak mengambil uang kembalian lebih atau mengembalikan barang pinjaman. Anak belajar bukan dari kata-kata, tapi dari perilaku yang ia lihat setiap hari.
4. Ajarkan Nilai Tanggung Jawab
Berikan anak tanggung jawab kecil, seperti menjaga mainan, uang saku, atau alat sekolahnya. Dengan begitu, ia belajar menghargai barang dan memahami bahwa setiap benda memiliki nilai.
5. Konsultasikan ke Psikolog Bila Berulang
Jika perilaku mencuri terus terjadi, konsultasi ke psikolog anak adalah langkah terbaik. Bisa jadi ada masalah emosional atau perilaku yang perlu ditangani lebih dalam. Semakin cepat diatasi, semakin mudah membantu anak berubah.
Mendidik anak yang pernah mencuri bukan berarti memberi cap “nakal” atau “jahat”. Justru inilah saatnya orang tua hadir sebagai pembimbing. Dengan kesabaran, keteladanan, dan komunikasi yang hangat, anak bisa belajar bahwa kejujuran lebih bernilai daripada apa pun yang ia ambil.
Perilaku buruk tidak menentukan masa depan anak, tetapi cara kita membimbingnyalah yang menentukan apakah ia akan tumbuh menjadi pribadi jujur dan bertanggung jawab.

Owner Presmada.








