Puasa di Bulan Rajab: Apa Kata Ulama tentang Dalil, & Praktiknya?

-Presmada.com, bulan Rajab dalam Islam selalu menjadi penanda penting dalam kalender Hijriah. Bagi umat Islam, Rajab bukan sekedar pergantian bulan, melainkan momentum spiritual yang sarat makna. Ia hadir sebagai salah satu bulan yang dimuliakan, sekaligus menjadi awal dari rangkaian bulan-bulan istimewa sebelum datangnya Ramadhan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai Rajab sering dikaitkan dengan keutamaan waktu, etika beribadah, serta upaya mempersiapkan diri secara spiritual. Puasa di Bulan Rajab

Dalam tradisi keilmuan Islam, bulan Rajab Ditempatkan secara proporsional. Ia dihormati sebagai bulan haram, namun tidak melekat pada ritual khusus yang tidak memiliki dasar yang kuat. Pemahaman yang seimbang inilah yang menjadi kunci agar umat Islam dapat memanfaatkan Rajab dengan benar, tanpa terjebak pada sikap berlebihan maupun pengabaian.

Rajab dalam Kalender Hijriah dan Sejarah Islam

Rajab dalam Islam adalah bulan ketujuh dalam sistem penanggalan Hijriah. Sejak masa Arab pra-Islam, bulan ini dikenal sebagai waktu yang dimuliakan. Pada masa itu, masyarakat Arab menghentikan peperangan dan menjaga keamanan sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan Rajab. Islam kemudian mengafirmasi kemuliaan tersebut dengan menetapkannya sebagai salah satu dari empat bulan haram.

Ketetapan ini disebutkan dalam Al-Qur’an, yang menjelaskan bahwa di antara dua belas bulan dalam setahun, terdapat empat bulan yang dimuliakan. Pada bulan-bulan tersebut, umat Islam diperintahkan untuk menjauhi segala bentuk kezaliman. Dengan demikian, bulan Rajab ini memiliki dimensi historis sekaligus normatif, yakni sebagai waktu yang menuntut kehati-hatian moral dan peningkatan kualitas diri.

Keutamaan Bulan Rajab Menurut Perspektif Ulama

Para ulama sepakat bahwa keutamaan bulan Rajab terletak pada statusnya sebagai bulan haram, bukan pada adanya ibadah tertentu yang diwajibkan atau dikhususkan. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa tidak terdapat hadis sahih yang menetapkan keutamaan khusus dari puasa, salat, atau ritual tertentu yang hanya dilakukan pada bulan Rajab.

Namun demikian, para ulama juga menegaskan bahwa kecerahan waktu tetap memiliki pengaruh terhadap nilai suatu amal. Amal kebaikan yang dilakukan pada bulan haram dipandang memiliki bobot moral yang lebih besar, karena dilakukan pada waktu yang dimuliakan. Prinsip ini mendorong umat Islam untuk lebih berhati-hati dalam berdoa dan lebih bersungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan.

Baca Juga: Apakah Hari Ibu Libur? Simak Penjelasan dan Perayaannya di Sini!

Rajab sebagai Bulan Persiapan Rohani

Dalam praktik kehidupan beragama, Rajab sering dipandang sebagai awal dari fase persiapan menuju Ramadhan. Setelah Rajab, umat Islam akan memasuki bulan Sya’ban, yang juga dikenal sebagai bulan peningkatan amal. Ramadan kemudian hadir sebagai puncak pelatihan spiritual.

Pola bertahap ini mencerminkan pendekatan pendidikan dalam Islam. Iman dan ketakwaan tidak dibangun secara instan, melainkan melalui proses yang berkelanjutan. Rajabai menjadi waktu yang tepat untuk memulai kembali kebiasaan ibadah yang mungkin sempat terabaikan, serta menata ulang orientasi hidup agar lebih selaras dengan nilai-nilai keislaman.

Dalil tentang Bulan Rajab

Dalil bulan Rajab secara umum, keutamaan bulan Rajab didasarkan pada dalil Al-Qur’an tentang bulan-bulan haram , bukan pada dalil khusus tentang puasa Rajab.

Allah SWT berfirman:

“Sebenarnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan… di antaranya ada empat bulan haram.”
(QS. At-Taubah : 36)

Ayat ini menjadi dasar bahwa Rajab termasuk bulan yang dimuliakan , sehingga umat Islam dianjurkan untuk menjaga diri dari maksiat dan memperbanyak amal saleh. Namun, ayat ini tidak menyebutkan ibadah puasa khusus Rajab

Hadis tentang Puasa Rajab

Para ulama hadis menegaskan bahwa:

  • Tidak ada hadis sahih yang secara khusus menerangkan keutamaan puasa Rajab
  • Banyak hadis tentang “puasa Rajab dengan pahala tertentu” dinilai dhaif bahkan maudhu’ (palsu)

Pendapat Ulama Hadis

  • Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Tabyin al-‘Ajab menyatakan:

Tidak ada satu pun hadis sahih yang menerangkan keutamaan puasa Rajab secara khusus.

  • Imam Ibnu Rajab al-Hanbali juga menegaskan hal serupa dalam Latha’if al-Ma’arif .

Pendapat Ulama Fikih tentang Puasa Rajab

  1. Puasa Rajab Hukumnya Sunnah (Secara Umum)

Mayoritas ulama dari mazhab:

  • Syafi’i
  • Hanafi
  • Hanbali

menyatakan bahwa puasa di bulan Rajab boleh dan sunnah , selama:

  • Tidak diyakini sebagai puasa khusus yang memiliki keutamaan tertentu
  • Diniatkan sebagai puasa sunnah mutlak

Artinya, puasa Rajab sama kedudukannya dengan puasa sunnah di bulan lain . Jadi sobat presmada jangan lupa untuk puasa dibulan Rajab yahh. 

Amalan yang tersebar di Bulan Rajab

Sekalipun tidak ada ibadah khusus yang diwajibkan pada bulan Rajab, para ulama mempersiapkan umat Islam untuk memperbanyak amalan yang umum dianjurkan dalam ajaran Islam.

1. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar

Rajab sering disebut sebagai bulan introspeksi. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak istighfar sebagai bentuk pengakuan atas keterbatasan manusia dan kebutuhan akan ampunan Allah SWT. Dzikir yang dilakukan secara konsisten juga membantu menjaga kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

2. Puasa Sunnah sebagai Latihan Diri

 Di bulan Rajab diperbolehkan selama tidak diyakini sebagai puasa dengan keutamaan khusus. Puasa ini dapat dilakukan sebagaimana puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis atau puasa tiga hari setiap bulan. Selain bernilai ibadah, puasa juga berfungsi sebagai latihan pengendalian diri dan persiapan fisik menjelang Ramadhan.

3. Memperbanyak Amal Sosial

Rajab juga merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kepedulian sosial. Sedekah, membantu sesama, dan menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar menjadi wujud nyata dari nilai keislaman. Amal sosial tidak hanya memperkuat solidaritas, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa ibadah tidak terbatas pada ritual individu.

4. Meluruskan Pemahaman tentang Tradisi Rajab

Di tengah masyarakat, berkembang berbagai tradisi yang dikaitkan dengan bulan Rajab. Sebagian besar di antaranya dilakukan secara turun-temurun, meskipun tidak memiliki dasar yang kuat dalam sumber-sumber utama Islam. Para ulama mengingatkan pentingnya membedakan antara tradisi budaya dan tuntunan agama.

Meluruskan pemahaman ini bukan berarti menolak semangat beribadah, melainkan mengarahkan agar ibadah dilakukan dengan dasar ilmu. Islam mengajarkan keseimbangan antara niat yang baik dan cara yang benar. Dengan demikian, Rajab dapat dianggap sebagai pembelajaran, bukan sekedar tradisi tradisi.

5. Dimensi Etis Bulan Rajab

Selain aspek ibadah, Rajab juga memiliki dimensi etis yang kuat. Sebagai bulan haram, Rajab mengajarkan umat Islam untuk lebih menjaga sikap, ucapan, dan perbuatan. Menahan diri dari konflik, memperbaiki akhlak, serta menjaga keadilan menjadi nilai-nilai utama yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern.

Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa keagungan Rajab tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga sosial. Rajab menjadi pengingat bahwa kesalehan individu harus tercermin dalam perilaku sosial yang adil dan beradab.

 

Bulan Rajab merupakan momentum penting dalam perjalanan spiritual umat Islam. Ia bukan bulan dengan ritual khusus yang mengikat, tetapi bulan mulia yang mengajarkan penghormatan terhadap waktu, etika beribadah, dan kesadaran moral. Dengan memahami Rajab secara proporsional, umat Islam dapat menjadikannya sebagai awal perubahan menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Melalui peningkatan ibadah, perbaikan akhlak, dan penguatan kepedulian sosial, Rajab dapat menjadi pijakan awal menyambut bulan-bulan berikutnya dengan kesiapan spiritual yang lebih matang. Pada akhirnya, Rajab bukan sekadar nama bulan dalam kalender Hijriah, melainkan ruang refleksi yang mengajak umat Islam untuk terus memperbaiki diri.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top