Puisi Hari Pahlawan Singkat untuk anak SD kerap dilombakan untuk memperingati jasa para pejuang bangsa. Melalui puisi, anak-anak bisa belajar mengenang pengorbanan para pahlawan dengan cara yang indah dan bermakna. Puisi juga membantu anak belajar berbahasa dengan lebih puitis dan ekspresif. Karena itu, Sobat Mada bisa mengenalkan makna perjuangan dengan cara yang menyenangkan lewat kumpulan puisi di bawah ini.
Hari Pahlawan Nasional diperingati setiap tanggal 10 November. Momen ini menjadi waktu yang tepat untuk mengajarkan nilai kepahlawanan kepada anak. Lewat puisi, anak-anak bisa mengekspresikan rasa hormat dan bangga terhadap pahlawan yang telah gugur. Bunda juga bisa membacakan puisi ini di rumah agar anak lebih memahami makna perjuangan dan semangat pantang menyerah.
Selain untuk tugas sekolah, puisi tentang Hari Pahlawan singkat anak SD bisa digunakan dalam berbagai kegiatan. Misalnya lomba membaca puisi, acara kelas, atau peringatan di sekolah. Dengan pilihan puisi yang singkat dan mudah dihafal, anak-anak akan lebih percaya diri saat membacanya di depan umum. Mari kita simak bersama kumpulan puisi terbaik yang bisa Bunda pilih untuk si kecil!
Baca juga: 5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Pahlawan di Sekolah
30 Puisi Hari Pahlawan Singkat untuk Anak SD
Puisi adalah jendela bagi jiwa, tempat kata menjadi sayap yang mengantar makna terbang tinggi di langit kenangan. Dalam setiap bait tentang Hari Pahlawan, kita menatap wajah bangsa—tertoreh di tanah, di udara, di hati yang tak pernah padam. Nah, berikut ini puisi-puisi Hari Pahlawan singkat anak SD.
1. Di Bawah Langit Merdeka
Di bawah langit yang pernah berasap perang,
terdengar bisikan tanah yang haus darah suci.
Bunga-bunga tumbuh dari nisan yang bisu,
mengajarkan arti diam yang paling berani.
Merdeka, kata itu kini bernafas di udara kita.
2. Surat untuk Pahlawan Tak Bernama
Aku menulis dengan tinta hujan dan waktu,
menyebutmu dalam doa yang tak pernah usai.
Namamu hilang di buku sejarah,
tapi hidup di detak jantung bangsa.
Kau abadi dalam kesunyian yang bernyanyi.
3. Api di Dadamu
Ada api di dadamu, pahlawan,
nyalanya membakar takut dan ragu.
Kini bara itu berpindah padaku,
menghangatkan langkah generasi baru.
Kami adalah jelaga yang memilih bersinar.
4. Luka yang Menumbuhkan Negeri
Tanah ini subur oleh air mata,
oleh nyeri yang tumbuh jadi taman.
Dari luka, lahir gagasan dan cahaya.
Dan dari sunyi, lahir negeri yang gagah berdiri.
5. Senja di Tugu Pahlawan
Senja menunduk di Surabaya,
warna jingganya seperti darah yang mengering.
Angin membawa nama yang gugur,
menggaung di antara tiang bendera.
Kita berdiri, tapi hati berlutut.
6. Di Balik Bayangan Merah Putih
Merah adalah keberanianmu,
putih adalah suci hatimu.
Di bawah kibarnya kami berlindung,
dari takut, dari lupa, dari waktu.
Bendera itu berkibar di dalam jiwa kami.
7. Anak Bangsa Berdoa
Kami anak kecil dengan tangan bersih,
menengadah di bawah langit pagi.
Kami tak tahu perang, tapi kami tahu cinta.
Cinta yang kau tanam di bumi ini.
Cinta yang ingin kami rawat setiap hari.
8. Bayangan di Monumen
Ada bayangan panjang di batu marmer,
seolah pahlawan datang menatap.
Mereka bicara lewat diam,
lewat harum bunga tabur.
Dan kita menjawab lewat janji.
9. Negeri dari Doa
Negeri ini dibangun bukan dari bata,
tapi dari doa yang tak pernah pudar.
Dari bisikan ibu di tengah malam,
dan langkah ayah yang tak pulang.
Indonesia, rumah yang disusun dari pengorbanan.
10. Seribu Cahaya di Langit Pagi
Pagi ini, langit seperti menulis puisi,
dengan awan yang bentuknya seperti bendera.
Burung-burung berkicau seperti teriakan merdeka.
Dan di dada anak-anak,
berdenyut sejarah yang ingin terus hidup.
Baca juga: 40+ Puisi Hari Pahlawan Nasional 10 November yang Singkat
11. Suara Batu Bata
Dinding sekolah ini pernah kosong,
sebelum kau isi dengan arti.
Sekarang setiap bata berbicara:
Belajarlah, karena itu bentuk terima kasihmu.
Dan kami belajar dengan hati yang berkobar.
12. Pahlawan yang Tak Pulang
Langit memelukmu dengan cahaya lembut.
Tanah menidurkanmu dalam pelukan damai.
Kami tidak menangis, kami mengenang.
Sebab kepergianmu bukan akhir,
melainkan jalan menuju keabadian bangsa.
13. Janji di Depan Makam
Kami datang membawa bunga dan tekad.
Bunga untuk hatimu, tekad untuk kami sendiri.
Kami berjanji di bawah langit merah,
bahwa kemerdekaan tak akan tidur lagi.
14. Lagu yang Tak Pernah Usai
Suara genderang, langkah berat,
senyap yang panjang di jalan perjuangan.
Lagu kebangsaan terus mengalun,
seperti napas panjang pahlawan,
yang kini bersemayam di dada setiap anak.
15. Negeri di Ujung Doa Anak
Kami berdoa sebelum tidur,
dengan suara kecil dan mata tertutup.
Semoga esok Indonesia lebih indah,
semoga langit tetap biru dan damai.
Dan semoga engkau, pahlawan, tersenyum di surga.
16. Di Jalan Sunyi Kemerdekaan
Langkahmu berjejak di jalan sunyi,
tapi gema tapak itu tak pernah sirna.
Tanah memeluk bekas kakimu,
menyimpannya seperti rahasia suci.
Setiap batu adalah doa, setiap debu adalah kenangan.
17. Nafas di Balik Bendera
Ketika angin berhembus pelan,
kami tahu, itu nafasmu yang abadi.
Menggerakkan merah putih,
seperti jiwa yang tak pernah ingin diam.
Berkibar, wahai keberanian.
18. Di Tepi Sungai Kenangan
Air mengalir membawa cerita,
cerita tentang perang, tentang cinta.
Di setiap riak, ada wajahmu
yang tak pernah hilang dari sejarah.
Kami menatap sungai, dan melihat Indonesia.
19. Surat dari Masa Depan
Andai pahlawan membaca surat kami,
pasti mereka tersenyum dalam cahaya.
Kami masih berjuang, dengan pena bukan senjata.
Dengan ilmu, bukan peluru.
Tapi semangatnya tetap sama.
20. Di Tengah Ladang Padi
Ladang ini dulu tempat persembunyian,
kini tempat anak-anak berlari.
Pahlawan, lihatlah dari langit—
negerimu tumbuh dari keringatmu.
Dan kami menjaga setiap bulir yang lahir darinya.
Baca juga: 100+ Ucapan Selamat Hari Pahlawan Nasional 2025
21. Pohon Tua di Taman Makam
Pohon tua itu saksi bisu,
daunnya menyimpan kisah panjang.
Angin yang lewat berbisik pelan,
seolah mengucap syukur pada yang gugur.
Waktu menua, tapi jasa tak lapuk.
22. Pelita di Tengah Malam
Gelap malam tak menakutkan,
karena pelita perjuangan tetap menyala.
Cahaya kecil itu cukup,
untuk menuntun kami menuju fajar merdeka.
Dan kini, fajar itu ada di genggaman kami.
23. Tanah yang Mengingat
Tanah tak pernah lupa pada langkah-langkahmu.
Ia menyimpannya dalam diam panjang.
Ketika kami menanam benih,
kami tahu, itu adalah doa yang sama.
Doa agar bangsa ini tak pernah layu.
24. Di Antara Doa Ibu
Sebelum perang, ada doa ibu.
Sebelum kemenangan, ada air mata.
Dan di antara keduanya, berdiri pahlawan.
Yang hatinya sekuat cinta,
yang jiwanya setegar doa itu sendiri.
25. Cahaya di Mata Anak
Ada sinar di mata anak,
seperti cahaya pagi setelah badai.
Itulah harapan yang diwariskan,
dari pahlawan yang tak pernah pulang.
Tapi pulang di setiap senyum generasi baru.
26. Bumi yang Bersyukur
Bumi berbisik lirih di pagi hari,
terima kasih pada darah yang gugur.
Dari situ tumbuh pohon, bunga, dan negeri.
Segalanya berakar dari pengorbanan.
Dan kami tumbuh dari kasihmu, pahlawan.
27. Langit Tak Pernah Lupa
Langit masih menyimpan gema teriakan merdeka.
Burung-burung tahu nada itu.
Setiap kali mereka terbang,
kami mendengar nyanyian perjuangan.
Nada yang tak pernah pudar oleh waktu.
28. Bayangan Api di Dalam Jiwa
Api itu bukan hanya menyala di medan perang,
melainkan di dada kami kini.
Menyala di ruang belajar, di tangan yang bekerja.
Api itu abadi,
karena lahir dari cinta yang murni.
29. Laut yang Menyimpan Nama
Laut biru menyimpan nama-nama yang tenggelam,
tapi tidak hilang.
Gelombangnya masih berbisik: perjuangan.
Dan setiap ombak yang tiba di pantai,
adalah salam dari masa lalu.
30. Indonesia dalam Doa Malam
Ketika malam menutup jendela dunia,
kami menunduk dan berdoa.
Untuk negeri ini, untukmu, pahlawan.
Agar bendera tetap berkibar di dada kami.
Dan kemerdekaan terus hidup dalam cahaya abadi.
Pegiat dunia pendidikan. Suka menulis artikel-artikel seputar pendidikan dan novel. Kini, ia sebagai kepala tim marketing Bimbel Presmada.








